-->

Pelakor Tak Hanya ada di Zaman Modern, Bahkan Dulu Nabi Yusuf Digoda Habis-Habisan



Kejamnya pelakor di jaman Nabi Yusuf

Nabi yusuf digoda habis-habisan dengan pelakor, namun ada yang bisa membuat beliau tetap tegar dan tak tergoda, pedoman ini yang bisa dijadikan contoh untuk pemuda jaman sekarang yang kebanyakan tergoda pelakor.

Fenomena yang kian marak ini membuat jaman ini semakin miris. apaligi secara terang-terangan dan bangga merebut suami orang.

Dijaman Nabi Yusuf memang sudah ada perusak hubungan rumah tangga orang, Nabi Yusuf sendiri yang menjadi korban dan cobaannya sangat berat. Namun ada kunci yang bisa membuat beliau tetap tegar dan tidak tergoda sama sekali.


Ini adalah pelajaran berharga lebih-lebih lagi pada para pemuda dalam menghadapi godaan syahwat di zaman ini.

Nabi Yusuf bisa saja terjatuh dalam zina ketika digoda oleh permaisuri raja Mesir, Zulaikha.

Ada 14 alasan yang menunjukkan cobaannya sangat-sangat berat sebagaimana dikutip dari rumaysho.com

Alasan pertama, tentu saja laki-laki punya ketertarikan pada wanita. Wanita itulah ujian terbesar bagi pria. Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Beliau bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari, no. 5096 dan Muslim, no. (2740)

Berdasarkan hadits di atas, Ibnu Hajar mengatakan bahwa wanita adalah godaan terbesar bagi para pria dibanding lainnya. (Fath Al-Bari, 9: 138). Hal ini dikuatkan oleh firman Allah Ta’ala,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita.” (QS. Ali Imran: 14)

Wanita dalam ayat ini dijadikan bagian dari kecintaan pada syahwat. Wanita disebutkan lebih dulu daripada anak dan kenikmatan dunia lainnya. Ini menunjukkan bahwa wanita itu pokoknya, godaan terbesar adalah dari wanita. (Fath Al-Bari, 9: 138).

Lihatlah pula bahwa Bani Israil bisa hancur pula dikarenakan wanita.

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ

“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim, no. 2742).

Lengkapnya syahwat dunia terkumpul dalam ayat berikut dan disebutkan wanita lebih dahulu,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).

Kata Syaikh As-Sa’di, hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini adalah syahwat dunia terbesar, yang lainnya hanyalah turunan atau ikutan dari syahwat tersebut. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 117)


Alasan kedua, Nabi Yusuf ‘alaihis salam adalah seorang pemuda. Seorang pemuda tentu memiliki gejolak syahwat yang lebih besar daripada orang yang sudah tua.

Jika seorang pemuda belum mampu menikah, untuk menahan syahwatnya disuruh berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah , maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu adalah pengekang syahwatnya yang menggelora.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).

Imam Nawawi rahimahullah memberikan keterangan, adapun pengertian baa-ah sendiri adalah jima’ (hubungan intim), inilah makna baa-ah secara bahasa.

Namun yang dimaksud adalah mampu untuk berjima’ disertai dengan kemampuan memberi nafkah terlebih dahulu. (Syarh Shahih Muslim, 9: 154)

Di zaman seperti saat ini, kebutuhan untuk menikah bagi para pemuda lebih mendesak lagi karena zaman sudah penuh dengan godaan, lebih-lebih lagi di medsos seperti Facebook dan Youtube.

Alasan ketiga, Nabi Yusuf ‘alaihis salam masih bujang, tentu sangat bergelora syahwatnya dan tidak ada tempat pelampiasan seperti yang sudah menikah.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau pernah melihat seorang wanita, lalu ia mendatangi istrinya Zainab yang saat itu sedang menyamak kulit miliknya.

Lantas beliau menyelasaikan hajatnya (dengan berjima’, hubungan intim), lalu keluar menuju para sahabatnya seraya berkata,

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِى نَفْسِهِ

“Sesungguhnya wanita datang dalam rupa setan, dan pergi dalam rupa setan. Jika seorang di antara kalian melihat seorang wanita yang menakjubkan (tanpa sengaja), maka hendaknya ia mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya, karena hal itu akan menolak sesuatu (berupa syahwat) yang terdapat pada dirinya.” (HR. Muslim, no. 1403). Kalau masih bujang, pada siapa ia melampiaskan syahwatnya. Karenanya cobaan Nabi Yusuf sangat-sangat berat.

Alasan keempat, Nabi Yusuf ‘alaihis salam tatkala itu adalah seorang asing (gharib). Beliau berasal dari negeri Palestina yang saat itu cukup jauh dari negeri Mesir tempat istana Zulaikha.

Sebagaimana diketahui bahwa berbuat kejahatan di daerah asing adalah lebih mudah daripada berbuat jahat di tempat sendiri. Betapa banyak kita jumpai seorang yang memilih untuk mencuri di luar kota daripada mencuri di kampung halamannya sendiri.

Ini karena jika seorang mencuri di kampung halamannya sendiri kemudian ketahuan maka dia akan mempermalukan keluarga dan saudara-saudaranya.

Seandainya Nabi Yusuf bermaksiat tatkala itu, maka keluarga dan saudara-saudaranya di kampung halaman tidak akan tahu dan tidak akan ada yang dipermalukan karena beliau jauh dari kampung halamannya.


Pelajaran penting, seorang yang merantau jauh dari keluarga, jauh dari istri, perlu membentengi diri dari syahwat, lebih-lebih syahwat wanita.

Alasan kelima adalah wanita yang menggoda Yusuf ‘alaihis salam adalah seorang wanita yang cantik jelita.

Karenanya perlu dijadikan pelajaran bahwa laki-laki harus waspada pada wanita cantik. Wajib bagi pria menjauhi wanita cantik yang tidak halal lebih dari lainnya. Termasuk juga para laki-laki harus waspada melihat gambar dan video wanita semacam itu.

Alasan keenam, Zulaikha yang menggoda adalah permaisuri raja (berarti wanita terhormat) dan kaya.
Inilah yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara orang yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat kelak,

وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ

“Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’” (HR. Bukhari, no. 660 dan Muslim, no. 1031)

Alasan ketujuh, Zulaikha adalah majikannya. Tentu perintahnya mesti ditaati oleh Yusuf. Inilah juga yang menunjukkan bahwa godaan pada Nabi Yusuf sangatlah berat.

Alasan kedelapan, sang wanitalah yang butuh pada Yusuf. Wanita tersebut tak hanya mengeluarkan kata rayuan dan godaan saja tetapi juga mengungkapkan bahwa dirinya telah siap melayani Yusuf.

Alasan kesembilan, Zulaikhalah yang mulai menggoda Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Dan ini jarang terjadi di mana perempuan yang menggoda lebih dulu.

Lihatlah yang dilakukan oleh Zulaikha,

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

Alasan kesepuluh, adalah pintu-pintu kamar Zulaikha telah ditutup rapat. Akhirnya mereka tinggal berdua, berkhalwat. Seorang pun tidak bisa masuk karena pintu-pintu telah terkunci.

Alasan kesebelas, adalah bahwa Yusuf telah lama tinggal di rumah Zulaikha sehingga tatkala beliau bersama Zulaikha tidak akan ada seorang pun yang merasa curiga atas keberadaan Yusuf bersama sang wanita tersebut karena memang Yusuf telah dikenal dan dianggap sebagai anggota keluarga di istana tersebut.

Alasan keduabelas, Nabi Yusuf ‘alaihis salam adalah seorang Nabi yang sangat tampan. Seorang lelaki yang tampan akan memliki kecenderungan untuk lebih percaya diri ketika hendak melayani rayuan seorang wanita.

Alasan ketigabelas, adalah syahwat keduanya baik Yusuf maupun Zulaikha sama-sama sudah mulai bangkit. Bagaimana pun juga, Nabi Yusuf adalah seorang manusia yang juga dikaruniai oleh Allah syahwat kepada wanita. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)

Maksud ayat, Nabi Yusuf sudah punya keinginan untuk berjima’, begitu pula Zulaikha. Kalau tidak dengan pertolongan Allah yang mencegahnya, pastilah terjadi perzinaan tersebut.

Para ulama seperti Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id bin Jubair, Adh-Dhahak, As-Sudi, dan umumnya pakar tafsir terdahulu berpendapat seperti itu. Demikian disebutkan dalam Zaad Al-Masiir, 4: 203.

Alasan keempatbelas, sang wanita mengancam Yusuf dengan penjara apabila Yusuf tidak mau melayani kehendak wanita.

Mengenai Kisah Yusuf yang Digoda Zulaikha

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آَتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (22)

22- Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23)

23- Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)

24- Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.

وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (25)

25- Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?”

قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (26)

26- Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.

وَإِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ (27)

27- Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.”

فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ (28)

28- Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.”

يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ إِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ (29)

29- (Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.”

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (30)

30- Dan wanita-wanita di kota berkata: “Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.”

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآَتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ (31)

31- Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”

قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آَمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَنْ مِنَ الصَّاغِرِينَ (32)

32- Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 22-32)

Baca juga : Di Kamar Mandi, Tiba-tiba Suami Minta "Itu" Ketahui ini Hukumnya Dalam Islam

Pelajaran Penting

1- Cobaan yang dialami Nabi Yusuf dalam kisah ini lebih berat daripada cobaan yang diberikan saudara-saudaranya pada dirinya.

Cobaan yang diberikan oleh saudaranya adalah cobaan tanpa ada pilihan dari Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Solusinya cumalah bersabar.

Sedangkan cobaan yang ia alami dengan Zulaikha yang mengajaknya berzina adalah cobaan yang ada beberapa faktor pendorong, yang ia pun atas pilihannya bisa menerjang larangan tersebut.

Yang bisa menyelamatkan Nabi Yusuf adalah iman, takwa dan keikhlasan beliau.

2- Hanya dengan pertolongan Allah kita bisa selamat dari maksiat.

Ingatlah kalimat,

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 25)

3- Godaan wanita itu sangat dahsyat.

4- Kalau kita yang berada di posisi Nabi Yusuf, tentu kita sendiri tidak kuat untuk menghadapi godaan tersebut. Ingat, semuanya hanya dengan pertolongan Allah.

Semoga bermanfaat dan menjadi pelajaran berharga.