Pengendalian biaya operasional terhadap pendapatan operasional dapat diukur melalui rasio BOPO. BOPO adalah perbandingan antara Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Biaya Operasional adalah semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh Bank/ BPR/ Perusahaan untuk mendapatkan penghasilan, misalnya: Beban Bunga, Beban Pemasaran, Beban Tenaga Kerja dan Beban Operasional Lainnya. Sementara Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari Penempatan Dana Antar Bank, Penyaluran Dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasional lainnya sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Semakin kecil rasio yang terbentuk maka semakin efisiens biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan bersangkutan. Dalam lingkup BPR, rasio ini dikatakan sehat apabila rasio <=93,52%. Dan dalam perhitungan tingkat kesehatan (TKS) rasio ini dibobot 5 point. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan secara singkat tentang rasio dimaksud.
1. Rumus
Secara singkat rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Rasio BOPO = Rata-rata Biaya Operasional 12 bln terakhir / Rata-rata Pendapatan Operasional 12 bln terakhir x 100%
Catatan:
Sama dalam perhitungan ROA, Biaya Operasional maupun Pendapatan Operasional yang pakai adalah mutasi selama 12 bulan terakhir, bukan nilai buku sebagaimana dalam neraca.
2. Nilai Kredit
Untuk mengetahui nilai kreditnya, maka:
NK = (100% - Rasio) x 100 / 0,08
3. Hasil Penilaian Akhir
Sehingga hasil penilaian akhirnya:
HP = NK x bobot / 100
Dimana:
a. Jika Rasio >=100% maka Nilai Kreditnya NK = 0
b. Setiap penurunan 0,08% dari rasio Nilai Kreditnya NK + 1 dengan maksimal 100 poin.
4. Kriteria Kesehatan
Kriteria penentuan kesehatan rasio BOPO
Sehat ----------- <= 93,52%
Kurang Sehat ----------- >= 93,52% s/d < 94,72%
Diragukan ----------- >= 94,72% s/d < 95,92%
Macet ----------- < 95,92%
5. Contoh Perhitungan
Berikut contoh perhitungan rasio BOPO.
Misalkan data dalam neraca adalah sebagai berikut: Pendapatan operasional Maret 2014 Rp. 55.654, April 2014 Rp. 154.061, Mei 2014 Rp. 257.780, Juni 2014 Rp. 380.405, Juli 2014 Rp. 469.101, Agustus 2014 Rp. 556.525, September 2014 Rp. 654.194, Oktober 2014 Rp. 752.476, Nopember 2014 Rp. 851.139, Desember 2014 Rp. 1.023.948, Januari 2015 Rp. 1.115.957, Februari 2015 Rp. 1.195.950, dan Maret 2015 Rp. 1.313.184. Dan Biaya Operasional Maret 2014 Rp. 22.567, April 2014 Rp. 54.390, Mei 2014 Rp. 134.851, Juni 2014 Rp. 217.316, Juli 2014 Rp. 340.832, Agustus 2014 Rp. 451.287, September 2014 Rp. 534.393, Oktober 2014 Rp. 670.899, Nopember 2014 Rp. 766.695, Desember 2014 Rp. 916.267, Januari 2015 Rp. 1.029.572, Februari 2015 Rp. 1.134.079, dan Maret 2015 Rp. 1.229.743. Hitunglah berapa rasio BOPOnya?
Pembahasan:
Rasio BOPO
= Biaya Operasional / Pendapatan Operasional x 100 %
= (31.832+80.461+82.465+...+95.664) / (98.407+104.709+122.625+...+117.234) x 100%
= 1.207.176 / 1.257.530 x 100%
= 96.00%
berdasarkan kriteria diatas maka rasio BOPONya adalah TIDAK SEHAT
Nilai Kredit
= (100% - Rasio) x 100 / 0,08
= (100% - 96.00%) x 100 / 0,08
= 50,05
Hasil Penilaian Akhir
= NK x bobot / 100
= 50,05 x 5 / 100
= 2,50
Agar lebih jelas perhatikan gambar dibawah ini:
Video totorialnya dapat anda lihat di link berikut:Videoo Tutorial Cara Menghitung TKS BPR: Rasio ROA dan BOPO